Minggu, 01 Juni 2014

artikel keagmaan

 

Belaskasih Tuhan Terhadap Manusia dengan Menurunkan Wahyunya



Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang cenderung berpotensi melakukan hal-hal yang negatif. Terlebih lagi jika hanya mengandalkan akal dan insting yang mereka miliki sebagai  patokan dalam tindak-tanduknya serta menepikan hati nuraninya. Hati nurani saja tidaklah cukup untuk menjadikan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi yang hakiki, untuk memakmurkan bumi yang telah dihamparkan atas manusia dengan nikmat dan kehendaknya. Lebih parah lagi apabila hati nurani tersebut dibutakan atau terkontaminasi dengan kondisi hati manusia yang kotor dan dipenuhi dengan kepentingan-kepentingan bersifat kenikmatan yang bersumber dari hawa nafsu. Hawa nafsu merupakan konotasi “peran” antagonis dalam diri manusia, lawan dari protagonis yang diperani oleh hati nurani.
Dengan diturunkannya wahyu (baca:kitab-kitab Allah) akan semakin memperkuat (menta’qid) kemauan Allah untuk menjadikan manusia makhluk yang bertuhan maupun bertauhid. Sebagai bukti tidak bermain-mainnya Allah dalam menciptakan manusia. Yang tugas utamanya adalah memakmurkan bumi Allah.  Berbeda dengan binatang yang hanya hidup mengandalkan insting kebinatangan yang mereka miliki. Tetapi manusia tidak serendah itu. Bahkan dimuliakan oleh Allah dengan diberinya akal fikiran yang dapat membedakan antara baik dan buruk serta hai itu menjadi pembeda  antara manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Tidak menutup kemungkinan manusia tersebut derajatnya  lebih rendah dan hina dari binatang apabila terjadi pengingkaran-pengingkaran akan petuah Tuhan sehingga menurunkan derajat kemanusiaan yang ia miliki. Hal itu telah termaktub dalam kitabnya seperti yang tercantum dalam Surah Al-A’raf ayat 179:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
 Untuk mengantisipasi pemenyelewengan manusia dari amanat utama yang telah diembankan kepadanya tersebut, sebagai akibat dominannya peran antagonis dalam diri manusia maka Allah secara belas kasihan menurunkan petunjuk melalui wahyu-wahyunya kepada semua umat manusia tanpa terkecuali. Agar tidak terjadi pengingkaran dan pengelakan ketika diminta pertanggung jawaban terhadap apa yang telah selama ini mereka kerjakan di dunia. Juga sebagai obor  pelita yang menerangi kegelapan dan kejahiliahan yang terjadi lintas zaman, baik zaman dahulu maupun sekarang, maka dari itu kemukjizatan Al-Qur’an tak akan pernah lekang dan usang oleh zaman(multiperiod).Karena memang telah dirancang sebagi mukjizat untuk semua manusia secara universal sebagai bukti rasa belas kasihan Allah terhadap manusia. Berlakunya tanpa memandang waktu dan tempat.Tak akan menyenyesatkan dan mejerumuskan manusia pada kesengsaraan sedikitpun.Dan tak akan ada pula seorangpun yang mampu melemahkan dan menjatuhkan argumen-argumen serta  ajaran  yang terkandung di dalamnya.
Berbeda dengan  kitab-kitab yang terdahulu yang diturunkan sebelum Al-Qur’an seperti Taurat, Injil, Zabur yang berlaku dan hanya relevan pada umat tertentu dan kapan umat tersebut hidup. Yaitu Taurat yang diturunkan untuk Nabi Musa a.s dan kaumnya Bani Israil, Zabur untuk Nabi Daud a.s dan kaumnya serta Injil untuk Nabi Isa A.s dan Kaumnya. Dengan diturunkannya wahyu kepada Rasul beserta kaumnya tersebut menandakan bahwa Allah tidak serta merta bertindak sewenang-wenang dan bertindak  sekehendak hatinya untuk untuk menerapkan aturannya dan menyiksa hambanya tanpa berbuat sesuatu yang dapat mewanti-wanti hambanya untuk tidak terjerumus kedalam siksaannya. Ia membuat semacam penguat alasan atau pembenaran sebelum menyiksa makhluk yang ingkar terhadap perintahnya.
Dalam Al-Qur’an Al-Karim Surah Al-Isra’ Ayat 9 Allah SWT. berfirman bahwa Al-Qur’an akan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang melaksanakan ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya dan berbuat kebaikan. Ayat tersebut berbunyi:
“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”
            Ayat tersebut memberikan bukti yang sangat nyata bahwa Allah memiliki rasa sayang terhadap semua makhluknya khususnya kepada orang orang-orang yang beriman.Terhadap orang kafir pun ia masih memberi harapan untuk dapat merasakan kenikmatan yang kekal di akhirat kelak. Belas kasihannya terhadap orang-orang kafir tergambarkan pada potongan ayat “memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus”. Dari potongan ayat tersebut mengindikasikan Allah masih peduli dan perhatian meskipun terhadap orang-orang yang belum mampu menerima hidayahnya agar segara bertaubat dan mengikuti jalan kebenaran yang lurus. Sedangkan bukti sayangnya bagi orang yang beriman adalah “memberi kabar gembira kepada-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.Ya,sebuah gambaran kepedulian sang pencipta terhadap ciptaannya.
            Salah satu wahyu yang teragung adalah Al-Qur,an. Merupakan satu diantara mukjizat yang masih bertahan sampai saat ini yang pernah Allah turunkan kepada Nabinya yaitu Muhammad SAW.Ia diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan moment atau kejadian-kejadian yang dialami disekitar kehidupan sang Rasul akhir zaman. Penghulu dari semua rasul. dan nabi-nabi yang telah diutus Allah kepada umat-umat yang terdahulu. Secara kandungan ajaran maupun perintah Al-Qur,an tidak jauh berbeda dengan kitab-kitab terdahulu bahkan menjadi penyempurna  dari kitab-kitab tersebut.
            Secara objektif kaum yang diberi peringatan melalui wahyu yang berupa kitab-kitab terdahulu  jauh berbeda dengan kita. Baik berbeda dari masa mereka hidup, watak tabiat yang mereka miliki, kebiasaan dan budaya yang mereka jalani. Otomatis kebutuhan akan peringatan dan perintah yang harus mereka laksanakan juga berbeda apabila kita komparasikan dengan umat yang diturunkannya kepada mereka Al-Qur’an. Al-Qur’an itu  sendiri diturunkan untuk umat akhir zaman seperti kita sekarang.
            Kembali pada judul di atas, jika kita korelasikan dengan Asmaul Husna yang Allah miliki. Dengan alasan Allah menurunkan wahyu atau petunjuk kepada umat manusia sebagai bukti kasih sayangnya maka kita akan menjumpai disana sifat Ar-Rahiim (yang maha penyayang). Menjadi sebuah kewajiban bagi Allah untuk menyayangi hamba-hambanya dengan sifat Ar-Rahiim yang ia miliki. Dia tidak akan menyiksa suatu kaum sebelum datang peringatan untuk tunduk patuh kepadanya atas kaum tersebut. Baik peringatan secara verbal melalui Rasulnya dan tekstual melalui kalamnya. Hal ini mengindikasikan betapa ia maha penyantun dan maha penyayang bagi kita.
 Tetapi, uniknya disamping hal itu Allah juga memiliki sifat Al-Qahhar (yang maha pemaksa). Ia memberikan ancaman siksa yang begitu berat bagi hambanya yang melanggar perintahnya dan hal itu termaktub dalam kitabnya yang ia harapkan untuk dijadikan pedoman bagi hamba-hambanya agar tak terjerumus kedalam siksaannya yang amat begitu pedih kelak. Sebuah gambaran skenario yang begitu dramatis yang Tuhan terapkan dan Allah paparkan dalam kitabnya untuk hamba-hambanya yang mukmin. Disisi lain ia merupakan Ar-Hamurrohimiin. Dan disisi lainnya ia juga maha pemaksa dan perkasa(Al‘Aziizul Qahhar). Seperti yang termaktub dalam Surah Al-Hijr Ayat 49-50
“Kabarkanlah kepada hamba-hambaku, bahwa sesungguhnya Aku-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya adzabku adalah adzab yang sangat pedih.”
Al-Qur’an juga menjadi bukti rasa sayang Allah terhadap Rasulnya. Pembela  dan penolong nabi tatkala dicerca dan dihina diwaktu beliau menyebarkan Agama Islam, betapa saat itu beliau membutuhkan pertolongan dan pembenaran (justification) akan ajaran yang beliau sebarkan.di tengah watak keras kepala yang dimiliki orang-orang Quraisy jahiliah dalam memegang teguh ajaran nenek moyang mereka pada saat itu. Al-Qur’an datang sebagai angin segar, penyejuk  hati serta peneguh  sang penghulu para manusia dalam menjalankan amanah begitu berat yang diembankan kepada beliau. Hal ini menjadi pertanda sayangnya Allah kepada kekasih dan hambannya yang butuh pertolongan disaat-saat yang genting. Allah tidak membiarkan hambanya  dalam kesusahan dan keterasingan ditengah-tengah lingkungan yang menyisihkannya. Bukti lain gambaran rasa sayang Allah yang  juga dilimpahkan kepada Rasul-makhluknya- melalui wahyunya.
            Allah SWT. memberi peringatan kepada umat manusia melalui wahyu-wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah dan 3 Rasul terdahulu adalah suatu bukti betapa Allah memiliki perhatian dan kasih sayang terhadap makhluk yang diciptakannya. Tidak  mungkin bagi dia menurunkan azab maupun siksa balasan kepada orang-orang yang belum mengetahui dan memahami akan aturan yang diterapkannya. Akan  Dzalim baginya apabila bertindak demikian meskipun ia memiliki kehendak mutlak dan penuh untuk berbuat sesuatu sekehendak hatinya atas ciptaannya. Padahal Allah sekali-kali tidak pernah mendzalimi hamba-hambanya, tetapi hambalah yang mendzalimi diri mereka sendiri. Untuk itu ia membutuhkan deklarasi atau sosialisasi terhadap aturan-aturan yang di berlakukannya untuk semua makhluknya. Dengan adanya sosialisasi tersebut merupakan wujud nyata akan rasa sayangnya pada makhluk-makhluk yang diciptakannya tanpa terkecuali sebelum ditegakkannya hari pembalasan.

Kamis, 22 Mei 2014

biografi mbh wahab chasbullah

Biografi K.H. Abdul Wahab Hasbullah


PENDAHULUAN
Menilik sekilas tentang sejarah lahirnya organisasi Nahdlatul Ulama (NU), selain tokoh fundamental K.H.
Hasyim Asy’ari dan K.H. A.Wahid Hasyim juga dikenal K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang berperan penting dalam proses berdiri sampai berkembangnya NU. Jika sosok K.H. A.Wahid Hasyim dapat dikategorikan sebagai tokoh dan teladan kaum muda, maka K.H. Wahab Hasbullah dapat dikatakan sebagai sosok kaum tua dari sederet kiai dalam organisasi tersebut. Beliau menjadi kiai yang paling lama berkiprah di pentas perpolitikan nasional. Hal ini disebabkan karena ia berkiprah tanpa henti mengikuti tiga zaman, yaitu masa pergerakan sampai merebut kemerdekaan, masa kepemimpinan Soekarno dan masa kepemimpinan Soeharto. Sosok beliau dikenal sebagai seorang pekerja keras, gesit dan tekun. Walaupun tubuhnya kecil dan sebenarnya tidak layak disebut sebagai pendekar, namun ulama khos Kyai Kholil Bangkalan Madura, menyebutnya semenjak muda sebagai “macan”. Hal tersebut dibuktikan sebagai sosol kiai yang tidak hanya berani dengan tangan kosong, tapi juga berani  berkelahi lewat jalur politik. Beliaulah yang mendirikan organisasi Sarekat Islam (SI) cabang Mekkah. Kemudian beliau mendirikan kelompok diskusi Tashwirul Afkarm Nahdlatul Wathan, dan Nahdlatut Tujjar yang kesemuanya itu menjadi embrio berdirinya organisasi NU. Bahkan dalam urusan mistik, Kiai Wahab Hasbullah mempunyai wirid tersendiri yang bukan hanya cukup disegani, melainkan juga banyak dipercayai oleh para santri dalam memudahkan segala urusan dunianya.
Kiai Wahab Hasbullah adalah sosok ulama dan kiai yang berpikir moderat, pragmatis, dan terbuka. Ia bersikap sangat kontekstual dalam memandang hukum-hukum fikih sehingga sering mendapat peringatan dari guru beliau, K.H. Hasyim Asy’ari bahwa dalam menyampaikan fikih jangan sampai kebablasan.
Dari sinilah kita perlu menggali lebih jauh tentang sosok dan kiprah K.H. Wahab Hasbullah. Dari berbagai referensi yang dapat penulis temukan dalam menyusun makalah ini, semoga dapat membawa manfaat bagi kita semua, terutama bagi Anda yang ingin menjadikan beliau sebagai teladan.
B.     BIOGRAFI KIAI WAHAB HASBULLAH
§  Kelahiran dan Masa Kanak-Kanak
Kiai Abdul Wahab Hasbullah lahir dari pasangan Kiai Hasbullah dan Nyai Latifah, pada Maret 1888 di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Wahab Hasbullah kecil banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan bersenang-senang layaknya anak-anak kecil masa itu. Semenjak kanak-kanak, Wahab Hasbullah dikenal sebagai pemimpin dalam segala permainan.
§  Silsilah Keturunan
K.H. Wahab Hasbullah berasal dari keturunan Raja Brawijaya IV dan bertemu dengan silsilah K.H. Hasyim Asy’ari pada datuk yang bernama Kiai Soichan.
§  Pendidikan
Masa pendidikan K.H. Abdul Wahab Hasbullah dari kecil hingga besar banyak dihabiskan di pondok pesantren. Selama kurang lebih 20 tahun, ia secara intensif menggali pengetahuan keagamaan dari beberapa pesantren. Karena tumbuh dilingkungan pondok pesantren, mulai sejak dini ia diajarkan ilmu agama dan moral pada tingkat dasar. Termasuk dalam hal ini tentu diajarkan seni Islam seperti kaligrafi, hadrah, barjanji, diba’, dan sholawat. Kemudian tak lupa diajarkan tradisi yang menghormati leluhur dan keilmuan para leluhur, yaitu dengan berziarah ke makam-makam leluhur dan melakukan tawasul. Beliau dididik ayahnya sendiri cara hidup,seorang santri. Diajaknya shalat berjamaah, dan sesekali dibangunkan malam hari untuk shalat tahajjud. Kemudian Wahab Hasbullah membimbingnya untuk menghafalkan Juz ‘Amma dan membaca Al Quran dengan tartil dan fasih. Lalu beliau dididik mengenal kitab-kitab kuning, dari kitab yang paling kecil dan isinya diperlukan untuk amaliyah sehari-hari. Misalnya: Kitab Safinatunnaja, Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahab, Muhadzdzab dan Al Majmu’. Wahab Hasbullah juga belajar Ilmu Tauhid, Tafsir, Ulumul Quran, Hadits, dan Ulumul Hadits.
Kemauan yang keras untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tampak semenjak masa kecilnya yang tekun dan cerdas memahami berbagai ilmu yang dipelajarinya. Selama enam tahun awal pendidikannya, ia dididik langsung oleh ayahnya, baru ketika berusia 13 tahun, Wahab Hasbullah merantau untuk menuntut ilmu. Maka beliau pergi ke satu pesantren ke pesantren lainnya.
Diantara pesantren yang pernah disinggahi Wahab Hasbullah adalah sebagai berikut:
1.      Pesantren Langitan Tuban.
2.      Pesantren Mojosari, Nganjuk.
3.      Pesantren Cempaka.
4.      Pesantren Tawangsari, Sepanjang.
5.      Pesantren Kademangan Bangkalan, Madura dibawah asuhan Kiai Kholil Bangkalan.
6.      Pesantren Branggahan, Kediri.
7.      Pesantren Tebu Ireng, Jombang dibawah asuhan K.H. Hasyim Asy’ari.
Khusus di Pesantren Tebu Ireng, ia cukup lama menjadi santri. Hal ini terbukti, kurang lebih selama 4 tahun, ia menjadi “lurah pondok”, sebuah jabatan tertinggi yang dapat dicicipi seorang santri dalam sebuah pesantren, sebagai bukti kepercayaan kiai dan pesantren tersebut (Mashyuri, 2008:83).
§  Menikah dan Membina Rumah Tangga
Pada tahun 1914, Abdul Wahab Hasbullah menikah dengan Kiai Musa yang bernama Maimunah. Sejak itu ia tinggal bersama mertua di kampong Kertopaten Surabaya. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki pada tahun 1916 bernama Wahib, yang kemudian dikenal sebagai Kiai Wahab Wahib. Namun, pernikahan dan membina rumah tangga ini tidak berlangsung lama. Istrinya meninggal sewaktu mereka berdua menjalankan ibadah haji pada tahun 1921. Setelah itu Kiai Wahab Hasbullah menikah lagi dengan perempuan bernama Alawiyah, pitri Kiai Alwi. Namun pernikahan ini pun tidak berlangsung lama sebeb setelah mendapatkan putra, istrinya meninggal. Begitu juga untuk ketiga kalinya ia menikah lagi, namun pernikahannya tidak berlangsung lama. Tidak jelas siapakah nama istri ketiganya ini, Juga, penyebab terputusnya pernikahan yang tidak lama tersebut, apakah karena istrinya meninggal atau bercerai.
Dari sini beliau menikah lagi, pernikahan keempat dilakukan dengan Asnah, putrid Kiai Sa’id, seorang pedagang dari Surabaya dan memperoleh empat orang anak, salah satunya bernama Kiai Nadjib (almarhum) yang sekanjutnya mengasuh Pesantren Tambakberas.
Namun lagi-lagi pernikahan ini tidak langgeng kembali. Nyai Asnah meninggal dunia. Kemudian Kiai Wahab menikah lagi untuk yang kelima kalinya dengan seorang janda bernama Fatimah, anak Haji Burhan. Dari pernikahan ini beliau tidak mendapatkan keturunan. Namun, dari Fatimah ia memperoleh anak tiri yang salah satunya kelak besar bernama K.H. A. Syaichu.
Dari sinilah banyak orang mencemooh perilaku Kiai Wahab. Tidak jarang, banyak orang yang menjulukinya sebagai “kiai tukang kawin” karena setekah itupun ia menikah kembali untuk yang keenam kalinya. Kali ini dengan anak Kiai Abdul Madjid Bangil, yang bernama Ashikhah. Pernikahan inipun tidak berlangsung lama karena saat menunaikan ibadah haji bersama, Nyai Ashikhah meninggal dunia. Dari istri ini beliau dikaruniai empat orang anak.
Pernikahan belaiau yang terakhir, yang ketujuh adalah dengan kakak perempuan Ashikhah, bernama Sa’diyah. Dengan perempuan inilah pernikahan Kiai Wahab mencapai puncaknya, artinya langgeng sampai akhir hayat beliau. Dari Nyai Sa’diyah ini beliau mendapatkan beberapa keturunan, yaitu Mahfuzah, Hasbiyah, Mujidah, Muhammad Hasib dan Raqib (Masyhuri, 2008:84 dan Aceh, 1957:125-126).
§  Wafat
K.H. Abdul Wahab Hasbullah menjabat Rais Aam Organisasi Nahdlatul Ulama sampai akhir hayatnya. Muktamar NU ke-25 di Surabaya adalah Muktamar terakhir yang diikutinya. Khutbah al-iftitah muktamar yang lazim dilakukan oleh Rais Aam kemudian diserahkan kepada K.H. Bisri Syansuri yang biasa membantunya dalam menjalankan tugasnya sebagai Rais Aam untuk membacakannya. K.H. Abdul Wahab Hasbullah meninggalkan muktamar dalam keadaan sakit yang akut. Hampir lima tahun ia menderita sakit mata yang menyebabkan kesehatannya semakin menurun.
Akhirnya, tepat empat hari setelah muktamar atau tepatnya Rabu, 12 Dzulqa’idah 1391 H atau 29 Desember 1971, Kiai Wahab Hasbullah wafat di kediamannya, Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak beras, Jombang (Masyhuri, 2008:107).
C.    PERJUANGAN
Perjuangan K.H. Abdul Wahab Hasbullah dapat dikatakan lebih dikaitkan dengan persoalan pergerakan, organisasi, maupun istilahnya politik Islam. Langkah awal perjuangan yang ditempuh K.H. Abdul Wahab Hasbullah yaitu lewat jalur pendidikan. Ia mendirikan madrasah bernama “Nahdlatul Wathan”. Nama madrasah sengaja dipilih Nahdlatul Wathan yang berarti: “bangkitnya tanah air” adalah bukti dari cita-cita murni Kiai Abdul Wahab Hasbullah untuk membebaskan bangsa dari belenggu kolonial Belanda.
Menurut K.H. Muhammad Ghozi Wahid (cucu Kiai Wahab) dalam peristiwa 10 November, Mbah Kholil bersama kiai-kiai besar, seperti Kiai Bisri Syansuri, Syaikh Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Hasbullah dan Mbah Abas Buntet Cirebon, mengerahkan seluruh kekuatan gaibnya untuk melawan tentara sekutu. Hizib-hizib yang mereka miliki dikerahkan semua untuk menghadapi lawan yang bersenjata lengkap dan modern. Sebutir kerikil atau jagungpun ditangan kiai-kiai itu dapat difungsikan menjadi bom berdaya ledak besar.
Ketika Kiai Hasyim Asy’ari ditangkap Jepang sekitar bulan April-Mei 1942, Kiai Wahab dan K.H. Wahid Hasyim bersama para kiai berulangkali melakukan dialog dengan Saikoo Sikikan (panglima tertinggi tentara Jepang di Jawa) untuk memperjuangkan pembebasan Kiai Hasyim Asy’ari. Menurut catatan sejarah, penangkapan tersebut dilatar belakangi oleh adanya fatwa K.H. Hasyim Asy’ari yang mengharamkan para santrinya melakukan saikere, yaitu kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia untuk membungkukkan badan sembilan puluh derajat kearah Tokyo untuk menghormat Tenno Heika, Raja Jepang. K.H. Hasyim Asy’ari mengaharamkan tindakan tersebut dan fatwa beliau disampaikan kepada Saikoo Sikikan. Selama satu bulan waktunya dihabiskan untuk menagani persoalan tersebut. Setelah melampaui perjuangan yang berat dan penuh resiko, akhirnya terbebaslah Kiai Hasyim Asy’ari dari tahanan pemerintah militer Jepang setelah lebih dari empat bulan beliau dipenjara oleh Jepang. Akan tetapi, pekerjaan Kiai Wahab belum selesai hingga disini. Lalu pergilah Kiai Wahab Hasbullah ke Wonosobo untuk membebaskan 12 orang tokoh ulama NU melalui pengadilan Jepang.
Tidak kalah pentingnya memperhatikan langkah-langkah perjuangan lain yang ditempuh Kiai Wahab. Ini penting karena dalam diri Kiai Wahab agaknya tersimpan beberapa sifat yang jarang dipunyai oleh orang lain. Beliau adalah tipe manusia yang pandai bergaul dan gampang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tetapi, beliau juga seorang ulama yang paling tangguh mempertahankan dan membela pendiriannya. Beliau diketahui sebagai pembela ulama pesantren (ulama bermadzhab) dari serangan-serangan kaum modernis anti madzhab.
Apa pun nama madrasah di beberapa cabang itu pastilah dibelakangnya tercantum nama “Wathan” yang berarti tanah air. Ini berarti tujuan utamanya adalah membangun semangat cinta tanah air. Kecuali berjuang dengan Nahdlatul Watan beliau juga aktif berkiprah sebagai penasehat di Masyumi yang beranggotakan dari kalangan NU dan Muhammadiyah. Sebelumnya ia juga ikut mendirikan MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia) bersama K.H. Achmad Dahlan (Muhammadiyah) dan K.H. Mas Mansur (non-partai) karena didorong oleh kesadaran perlu menciptakan suasana hubungan yang baik antara partai dan organisasi-organisasi Islam saat itu. MIAI didirikan di Surabaya pada tanggal 12 September 1937, namun pada bulan Oktober 1943 dibubarkan Jepang karena dianggap membahayakan kedudukan Jepang.
Sarekat Islam (SI) adalah pergerakan yang beliau dirikan selanjutnya bersama rekan-rekannya ketika masih menuntut ilmu di Mekkah. Pergerakan ini bukan sekadar mengumpulkan cendekiawan dari kalangan Islam tanah aur, melainkan gerakan ini juga ingin memajukan kaum Islam yang rendah ekonominya dan rendah pengetahuannya.
Beliau juga tidak dapat membiarkan serangan-serangan kaum modernis yang dilancarkan kepada ulama bermadzhab. Lagi pula, serangan-serangan itu tidak mungkin dapat dihadapi sendirian. Sebab itu, pada tahun 1924, Kiai Wahab membuka kursus “Masail Diniyyah” (khusus masalah-masalah keagamaan) guna menambah pengetahuan bagi ulama-ulama muda yang mempertahankan madzhab pesantren. Dengan demikian, Kiai Wahab telah juga membangun pertahanan cukup ampuh bagi menolak serangan-serangan kaum modernis.
Selanjutnya, pada saat pemimpin-pemimpin Islam mendapat undangan dari Raja Hijaz, beliau lalu membentuk Komite Khilafat yang diberinama “Komite Hijaz” atas izin dari K.H. Hasyim Asy'ari. Belaiu mendirikan “Komite Hijaz” sebagai bentuk respon atas proses “wahabisasi” di Arab yang memberi pengaruh pada persoalan kebebasan beribadah sesuai dengan kepercayaannya. Komite ini kemudian mengirim delegasi sendiri ke Makkah-Madinah. Dan Komite Hijaz inilah yang kemudian melahirkan Jam’iyah Nahdlatul Ulama, sehingga kehadiran NU tidak dapat dilepaskan dari perjuangan K.H. Abdul Wahab Hasbullah.
D.    PEMIKIRAN KIAI WAHAB HASBULLAH
Jika disejajarkan dengan Gus Dur (Abdurrahman Wahid), maka Kiai Wahab Hasbullah memiliki banyak persamaan yang didasarkan pada masanya masing-masing. Keduanya sama-sama tokoh yang sangat kontraversial di kalangan ulama dan politisi. Abdurrahman Wahid dikenal sebagai ulama dan cendekiawan yang sikap dan maneuver-manuver politik yang dilakukannya sering menimbulkan pertanyaan tentang integritas dan konsistensi idealisme dan cita-cita perjuangannya. Kemudian kenapa Kiai Wahab Hasbullah juga begitu kontraversial?.
Diantara beberapa hal yang menjadikan Kiai Wahab menjadi ulama sekaligus politisi dan cendekiawan yang kontraversial dikalangan umat Islam Indonesia adalah ketika meningginya konflik antara kaum modernis dan reformis dengan kaum tradisionalis, beliau tampil sebagai “guardian” tradisionalisme dengan jalan membentuk Taswirul Afkar pada tahun 1918 yang kemudian melaksanakan perdebatan terhadap permasalahan yang diperdebatkan kaum tradisionalis dan modernis saat itu.
§  Bidang Pendidikan
Menurut beliau pendidikan tidak harus dilakukan di pesantren dan mendidik anak harus tepat pada situasi dan kondisi yang dibutuhkan masyarakat, namun bukan berarti pendidikan pesantren dilupakan. Oleh karenanya selain ia melakukan pendidikan di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, juga melakukan pendidikan di luar pesantren yang ditujukan untuk kalangan umum dan terpelajar dengan mendirikan kelompok diskusi bernama Tashwirul Afkar. Melalui Nahdlatun Wathan beliau juga telah berhasil mendirikan beberapa sekolah di berbagai daerah, antara lain:
1.   Sekolah/Madrasah Ahloel Eathan di Wonokromo
2.   Sekolah/Madrasah Far’oel Wathan di Gresik
3.   Sekolah/Madrasah Hidayatoel Wathan di Jombang, dan
4.   Sekolah/Madrasah Khitaboel Wathan di Surabaya (Mashyuri, 2008:86-87).
§  Bidang Keagamaan
Konsep Kiai Wahab Hasbullah tentang keagamaan terutama bagaimana peran Islam, lebih banyak berreferensi dari tradisi politik keagamaan Sunni dan pla pergerakan ahlus sunnah wal jama’ah. Pemikiran beliau lebih terbuka dengan tidak keras atau fanatik pada suatu pendapat, pragmatis demi mencari solusi kebenaran bersama, dan kebutuhan mendesak dan penting serta kontekstual, atau yang kita kenal sebagai moderatisme.
§  Pergerakan
Progresivitas konsep pergerakan Kiai Wahab Hasbullah terlihat jelas ketika ia turut serta dalam membidani lahirnya organisasi kalangan Islam NU. Mengapa hal demikian disebut sebagai progresivitas pemikiran pergerakan dari Kiai Wahab Hasbullah?
Tidak lain karena organisasi pergerakan di Indonesia kala itu muncul dari kalangan terpelajar atau dari kota yang dibekali pendidikan notabene ciptaan Belanda. Pendidikan itu sangat menekankan rasionalitas modern dalam memandang persoalan kehidupan. Sementara kalangan Islam tradisional kebanyakan adalah kelompok masyarakat tradisional, kalangan petani, yang kebanyakan pola pandangan hidupnya masih sedikit terpengaruh pemikiran nasional modern, karena mereka mengandalkan bacaan kitab kuning-nya yang mereka pelajari di pesantren.
§  Demokrasi
Diceritakan oleh Saifudin Zuhri dalam salah satu bukunya, Biografi Wahab Hasbullah, disebutkan sebagai berikut:
“Kami bertiga, Kiai Wahab, Pak Idham, dan Saifuddin Zuhri sama-sama duduk dalam dewan pertimbangan agung mewakili NU. Berbulan-bulan dewasa ini membicarakan “sosialisme Indonesia”, “Landreform”, “Pancasila” dan lain-lain. Ada dua aspek yang selalu diperhatikan oleh NU dalam pembahasan tersebut. Sosialisme Indonesia menurut NU haruslah sosialisme ala Indonesia dan bukanlah sosialisme ala komunisme, baik Moskow atau Peking. Sosialisme Indonesia tak lain dan tak bukan adalah dibentengi ideology Negara ualah Pancasila dan UUD Negara yang menjamin setiap penduduk menjalankan keyakinan agamanya. Sementara itu, tentang landasan “landreform”, pada dasarnya NU dapat menyetujuinya selama gerakan ini tidak mengandung maksud melenyapkan hak milik pribadi dan negara. Menurut ajaran Islam, tiap-tiap hak milik harus dilindungi dan dipertahankan, namun juga diwajibkan menegakkan keadilan.” (Zuhri, 1983:72-73).
         Bagi Wahab Hasbullah, nilai dasar demokrasi adalah memanusiakan manusia dan mengaturnya agar pola hubungan antar-manusia itu dapat saling menghormati perbedaan dan mampu bekerjasama sehingga menciptakan kesejahteraan bersama.
E.     WARISAN DAN PENINGGALAN KIAI WAHAB HASBULLAH
Ukuran ketokohan K.H. Wahab Hasbullah bukanlah terletak pada buku karya ilmiahnya, karena memang bolah dikatakan beliau tidak meninggalkan sebuah karangan pun, melainkan buah pikiran dan kemampuan ilmunya yang diuraikan dimana-mana dalam banyak kesempatan dan peristiwa. Mungkin bagi kalangan intelektual murni, yang suka menganalisis dari teks ke teks saja, hal ini sangat disayangkan. Setidaknya, beliau menyempatkan diri untuk menuliskan buku panduan menkadi politisi menurut konsep aswaja.
Namun, sebenarnya  tidaklah benar seratus persen jika Kiai Wahab Hasbullah hanyalah seorang tokoh atau kiai politik saja. Beliau dikenal sebagai kago silat dan ahli wirid. Konon dimana-mana, Kiai Wahab menyebut ijazah, macam-macam hizib, wirid kepada seluruh warga NU da siapa saja yang memerlukan kekebalan diri. Ia menyatakan orang Islam bukan hanya berwibawa dan disegani karena ilmunya, melainkan juga karena wiridnya. Salah satu peninggalan wirid Kiai Wahab yang terkaenal dan biasa diamalkan terutama dikalangan Pesantren sampai sekarang, dicuplik dari buku Azis Mashyuri, yaitu:
            “Maulaya shalli wa sallim da’iman abada
                        ‘alal habibika khairil khalqi kullihimi
            Huwal habibul ladzi turja syafa’atuhu
                        Likulli hauli minal ahwali muktahimi”.
F.     PENUTUP
Pepatah menyatakan “tiada gading yang tak retak”, penyusun tuliskan sebagai reflaksi terhadap tokoh Kiai Wahab Hasbullah dalam makalah ini. Beliau memang orang besar, semua orang banyak yang mengakuinya. Namun, Kiai Wahab Hasbullah juga seorang manusia. Manusia tetaplah manusia yang tetap pada sifat kemanusiaannya, bisa marah, bisa lupa ataupun salah. Karena jika tidak demikian ia tentunya adalah malaikat.
Pemakalahpun dalam hal ini melihat sosok beliaupun demikian. Pemakalah tidak meragukan perannya terhadap berbagai pergerakan dan organisasi yang beliau realisasikan didalamnya, terutama di organisasi Nahdlatul Ulama yang lahir pada tahun 1926 dan telah berkembang menjadi organisasi terbesar dikalangan mayoritas umat Islam di Indonesia.
Menurut Budiawan, suatu godaan besar senantiasa menghadang para penulis biografi adalah kecenderungan untuk terjebak kedalam personifikasi nilai-nilai pada diri tokoh yang menjadi subyek penulisan. Lebih-lebih bila motivasi itu berada diluar kepentingan akademis, godaan yang lebih besar semakin tak terelakkan.
Jika godaan itu semakin besar, tidak jarang dijumpai sebuah biografi yang mengisahkan seorang tokoh melampaui kapasitasnya sebagai manusia. Biografi semacam ini jelas sudah sudah tidak lagi berbicara tentang kisah manusia, tetapi kisah tentang manusia yang telah dinobatkan sebagai “setengah dewa” atau “dewa”.
Budiawan dalam hal ini sepakat dengan pendapat Ralph Ross, bahwasanya biografi bukan sepenuhnya ilmu, melainkan berada pada perbatasan antara ilmu dan seni. Dalam bahasa Ralph Ross, biografi adalah seni yang semi-ilmiah (Budiawan, 2006:1-4).

Selasa, 20 Mei 2014

Penerimaan Peserta Didik Baru 2014-2015

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tambakberas Jombang berada di dalam pengawasan dan pembinaan Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
MAN Tambakberas menerima peserta didik baru untuk Program Pilihan Peminatan Akademik:
1. Matematika dan Ilmu Alam (MIA):
- Unggulan
- Reguler plus Keterampilan
- Reguler
2. Ilmu-Ilmu Sosial (IIS): Reguler
3. Ilmu-Ilmu Bahasa dan Budaya (IIB): Reguler
4. Ilmu-Ilmu Agama (IIA)
Waktu & Tempat Pendaftaran
Pendaftaran dibuka mulai tanggal 14 Juni s.d. 30 Juni 2014
Waktu: Pukul 08.00 – 13.00 WIB
Tempat: Kantor Pusat MAN Tambakberas (PP Bahrul Ulum Tambakberas Jombang) Jln. Merpati Tambakberas Jombang.
Telp. (0321) 862352, Fax. (0321) 855537, SMS Centre 085770109109
Syarat Pendaftaran
1. Mengisi formulir pendaftaran
2. Fotokopi ijazah dan SKHUN MTs/SMP yang telah dilegalisasi sebanyak 2 lembar.
3. Menunjukkan Ijazah dan SKHUN asli.
4. Fotokopi NISN (Nomor Induk Siswa Nasional) sebanyak 2 lembar.
5. Foto hitam-putih 3 x 4 sebanyak 10 lembar
6. Fotokopi Kartu Keluarga (KK) sebanyak 2 lembar.
7. Fotokopi KTP Orangtua.
8. Fotokopi prestasi akademik (sertifikat/piagam) bagi yang memiliki, masing-masing 2 lembar.
9. Fotokopi Akta Kelahiran.
10. Mengisi Pakta Integritas dan Peminatan.
11. Melampirkan Surat Rekomendasi Peminatan dari BP/BK SMP/MTs.
Waktu Tes Seleksi
Tes dilaksanakan pada
- 1 Juli 2014, Khusus Program Pemilihan danPeminatan MIA Unggulan
- 2 Juli 2014, Semua Program Peminatan
- 3 Juli 2014, Tes Psikologi Semua Program
Materi Tes
- Kemampuan Agama (Tulis dan Praktik)
- Potentsi Akademik (Matematika, Sains, dan Bahasa Inggris)
- Wawancara (Khusus Unggulan)
Pada saat tes, peserta wajib membawa pencil 2B (LJK)
Pengumuman hasil tes pada tanggal 9 Juli 2014
Daftar ulang mulai tanggal 9 s.d. 11 Juli 2014

ppdb brosur

Minggu, 18 Mei 2014


Rabu, 12 Februari 2014

SAHABAT UMAR BIN KHATTAB:

SAHABAT UMAR BIN KHATTAB:
Engkau hendak memusuhi seseorang Maka musuhilah perutmu,karena tidak ada musuh yang lebih berharga terhadap dirimu selain perut.

tahukah anda?

DOSA - DOSA WANITA

PENGARUH WANITA
Hadits Rasulullah SAW :

“Kalau tidak karena (godaan) wanita, pasti Allah akan disembah dengan sebenar-benarnya ibadah.” (HR. Ad-Dailami)

MEROSOTNYA NILAI WANITA

Hadits Rasulullah SAW

“Sesungguhnya sebagian dari tanda-tandanya hari Akhir ialah: hilangnya ilmu, kebobrokan merajalela, zina secara terang-terangan, minum khamer, sedikitnya kaum laki-laki dan banyaknya jumlah kaum wanita. Sehingga seorang laki-laki dilayani lima puluh wanita.” (HR. syaikhan)

FITNAH WANITA

Hadits Rasulullah SAW

“Tidaklah kutinggalkan fitnah yang lebih berbahaya atas laki-laki daripada wanita.”

AURAT

Hadits Rasulullah SAW

“Wanita itu aurat. Apabila wanita keluar dari rumahnya, setan mengamatinya seraya berkata: Sungguh setiap kali engkau melewati seseorang, tentu ia kagum padamu.”

PENYANYI WANITA

Hadits Rasulullah SAW

“Barangsiapa duduk mendengarkan penyanyi wanita akan dituangkan timah cair di kedua telinganya pada hari kiamat.”

FITNAH PADA WANITA

Hadits Rasulullah SAW

“Tidaklah kutinggalkan sesudah aku wafat fitnah yang lebih berbahaya atas laki-laki daripada wanita. Sesungguhnya fitnah pertama bani israil dulunya terdapat pada kaum wanita.”

Hadits Rasulullah SAW

“Wanita mana saja yang melepas bajunya di luar rumah suaminya, maka ia pun telah melanggar tabir antara ia dan Allah azza wa jalla.”

Hadits Rasulullah SAW

“Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian, kemudian keluar menuju suatu kaum supaya mereka mencium baunya, maka iapun berzina.”

Hadits Rasulullah SAW

“Allah melaknat laki-laki yang sering mencicipi kawin dan wanita yang sering mencicipi (kawin).”

WANITA YANG DILAKNAT

Hadits Rasulullah SAW

“Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut orang lain dan wanita yang minta perbuatan demikian, dan wanita yang membuat tato (dengan tusukan jarum) pada tangan dan wajahnya dan wanita yang minta diperbuat demikian untuk dirinya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Hadits Rasulullah SAW

“Allah mengutuk wanita-wanita yang mentato (tangan dan mukanya) dan wanita yang minta ditatokan, dan yang mencukur alisnya, dan yang memasang gigi palsu untuk kecantikan dirinya dan yang mengubah ciptaan Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)

Abdullah Ibnu Abbas ra. Telah berkata :

“Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai (perbuatan) laki-laki.”

Hadits Rasulullah SAW

“Allah melaknat wanita-wanita yang mencakar-cakar wajahnya,dan merobek-robek sakunya, serta menjerit-jerit dengan ucapan celaka.” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Hadits Rasulullah SAW

“Janganlah wanita pergi dalam perjalanan dua hari dengan tanpa didampingi suami atau keluarganya.” (HR. Bukhari)

WANITA YANG MENJADI PEMIMPIN

Hadits Rasulullah SAW

“Allah melaknat kaum yang mengangkat wanita sebagai pemimpin mereka.”

air mata

Air mata tidaklah hanya bermakna sebuah kecengengan,tapi sebuah ketundukan pada sang Pencipta